Langsung ke konten utama

Postingan

kenangan yang ditambah-tambahi atau ingatan yang dikurang-kurangi? | bac...

Postingan terbaru

Titi Nginung dan Arswendo

Saya menulis surat "iseng" kepada Arswendo Atmowiloto pada sekitar 1988, untuk mengkonfirmasi apakah Titi Nginung itu adalah nama samarannya. Sebelumnya saya telah membaca novel-novel serial opera olahraga karya Titi Nginung dan yakin sekali penulisnya adalah Arswendo. Berangkat remaja dengan membaca banyak sekali karyanya, seperti Kiki, Imung,  Senopati Pamungkas, dan kemudian juga Dua Ibu dan Canting, saya rasanya kenal betul gaya menulisnya, bahkan bila hanya membaca satu paragraf saja karangannya. Sempat menulis dua kali resensi karya Titi Nginung yang dimuat di Kompas Minggu, lebih sebagai seorang fans, saya menulis surat untuknya. Cepat sekali surat saya dijawab, dengan tulisan tinta hitam yang rapi dan menurut saya cara menulisnya artistik. Isinya pendek dan lucu, kurang-lebih begini, "Paling tidak ini untuk pertama kalinya saya mengaku kepada kamu bahwa Titi Nginung adalah Arswendo... He... he... he..." Dia juga mengatakan bahwa dia memilih ...

Kuliah Sang “Wartawan Salon”

  Kala itu paro pertama tahun 1989. Saya duduk di Semester VI, mengambil 11 mata kuliah —5 di antaranya mata kuliah jurusan. Pada semester inilah, ketika kami para mahasiswa Angkatan 1986 sedang seru-serunya bergelut dengan pelbagai mata kuliah keterampilan jurnalitik, kami pertama kali berjumpa dengan Sahala Tua Saragih di ruang kuliah. Dia dosen baru, karena sebelumnya kami belum pernah berjumpa dengan dia. Pada tahun-tahun itu, dosen-dosen mata kuliah jurusan Jurnalistik yang akrab di mata mahasiswa antara lain nama-nama Nurhartini Korompis, Betty Soemirat, Atang Sjamsudin, Darmawan Zainun, Djaja U. Padmawidjaja, M. Djen Amar, Dendi Sudiana, dan beberapa dosen lain. Kesan pertama berjumpa dengan Sahala, dia orang yang ramah dan senyumnya lembut. Sikapnya sopan bahkan ketika berbicara dengan mahasiswa. Mengajar mata kuliah Komunikasi Pembangunan, dia menjadi asisten Ibu Nurhartini Korompis—yang akrab dipanggil Ibu Tintun. Ketika Ibu Tintun mengajar di depan kelas, Sahala s...

Tiga Wajah Trio Detektif

Serial Trio Detektif adalah salah satu serial yang digemari oleh para pembaca dan diterbitkan oleh Penerbit Gramedia pada era 1980-an. Judul asli serial ini adalah Alfred Hitchcock and the Three Investigators, merupakan novel detektif untuk remaja yang mengisahkan tiga penyelidik muda, Jupiter "Jupe" Jones, Peter "Pete" Crenshaw, dan Robert "Bob" Andrews. Di Amerika serial ini beredar antara 1964 hingga 1987 dan semuanya terdiri atas 43 buku. Walaupun dalam judulnya mencantumkan nama Alfred Hitchcock, namun sebetulnya tidak ada buku dalam serial ini yang ditulis oleh Alfred Hitchcock. Random House, penerbit buku-buku ini, membayar Hitchcock agar namanya dicantumkan pada seri novel ini untuk menarik perhatian pembeli. Seri buku ini awalnya ditulis oleh Robert Arthur, Jr. yang menulis buku ke-1 hingga ke-9, serta buku ke-11. Arthur juga terlibat menyumbangkan ide-idenya dalam beberapa judul yang lain. Para penulis lain seri  ini adalah William Arden, N...

Sersan Grung-Grung dan Dwianto Setyawan

Disebut Sersan Grung-Grung karena batuknya berbunyi "grung-grung". Dia adalah tokoh cerita anak yang populer pada 1980-an. Nama aslinya Pak Darpodiroto namun lebih dikenal dengan panggilan Sersan Grung-Grung. Bersama mobil tua dan 6 orang anak ( yaitu Raka, Martinus, Samsul, Argo, Ninung dan Linda), dia membantu polisi memecahkan kasus-kasus kejahatan yang terjadi. Pengarangnya Dwianto Setyawan, kelahiran 12 Agustus 1949, berasal dari Kota Batu, Jawa Timur. Mulanya serial Sersan Grung-Grung dimuat secara bersambung di Majalah Bobo , kemudian dibukukan oleh Penerbit Gramedia. Ada 9 judul yang telah terbit, yaitu (1) Sersan Grung-Grung , (2) Rahasia Gua Jepang , (3) Orang-Orang Serakah , (4) Komplotan Daun Emas , (5) Penyamar Ulung , (6) Rencana Terselubung , (7) Ratu Bergaun Hitam , (8) Rahasia Topeng Berkumis , dan (9) Pala-Pala Motosep . Dwianto Setyawan mulai menulis pada 1972 dan telah menerbitkan puluhan judul novel anak. Termasuk pengarang favorit pada 1980...

Seri Margasatwa C. Bernard Rutley

Salah satu buku favorit ketika saya duduk di bangku SD adalah Seri Margasatwa karya penulis Australia C. Bernard Rutley, yang mengisahkan dengan sangat menarik mengenai kehidupan hewan di alam liar. Di Indonesia serial ini diterbitkan oleh NV Masa Baru (yang kemudian menjadi Penerbit Ganaco) pada sekitar 1974 (gambar paling kiri). Belakangan seri ini juga diterbitkan oleh Penerbit Sinar Harapan (dua gambar yang di tengah). Ternyata terdapat 14 judul buku yang merupakan bagian dari seri ini, antara lain Cakma: Perampok Liar di Bukit Karang (kera babon), Piko: Pengempang Ulung di Air Tawar (kastor), Timur: Pemburu Kejam di Rimba Raya (harimau), dan Loki: Begal Bengis di Padang Salju (serigala). Di pasar buku loak masa kini, serial ini amat sulit diperoleh. Setelah mencari kian kemari, saya mendapatkan satu judul buku Timur: Pemburu Kejam di Rimba Raya di sebuah toko buku daring pada pertengahan 2015. Gambar paling kanan menunjukkan contoh Serial Margasatwa yang sama yang...