Langsung ke konten utama

Catatan Atas Sajak "Perempuan" Ready Susanto


Oleh: Abd. Naddin Hj Shaiddin (wartawan Utusan Borneo, Sabah, Malaysia)


PEREMPUAN

Perempuan yang menuntun
rindunya di meja-meja makan
berapa banyak yang telah ia tawan
dan terpikat pada racun hidangan

perempuan yang mengusung
kecewanya ke pesta-pesta
berapa banyak yang telah
ia hantarkan dalam kemabukan

perempuan yang membawa
sepinya ke lautan
berapa kapal yang telah
ia hanyutkan dan hempaskan
ke karang-karang

Ready Susanto, 2006

Berdepan dengan `perempuan yang rindu’, `perempuan yang kecewa’, `perempuan yang sepi,’ bagi penyair Ready Susanto, sama berbahaya. Apatah lagi jika perempuan yang dimaksudkan itu `menuntun rindunya di meja-meja makan,`mengusung kecewanya ke pesta-pesta’ dan paling berbahaya ialah `perempuan yang membawa sepinya ke lautan.

Barangkali jika sekadar di meja-meja makan,risikonya hanya `terpikat racun hidangan’. Jika sekadar di pesta-pesta, risikonya hanya pulang dalam kemabukan.

Tetapi `perempuan yang membawa sepinya ke lautan, berapa kapal yang telah ia hanyutkan dan hempaskan ke karang-karang”

Saya tertarik dengan kuplet terakhir sajak ini, kerana bagi saya, di tengah kebersahajaan sajak ini, member saya kejutan sekaligus pertanyaan.

Sebegitu kuatkah perempuan? Sejauh manakah perempuan dapat bertahan ketika berhadapan dengan kerinduannya, dengan kekecewaannya, dengan kesepiannya?

Saya fikir perempuan dinamakan perempuan kerana salah satunya ialah kerana ia memiliki rindu, rasa kecewa dan sepi. Saya fikir cara perempuan dan lelaki berbeza ketika menghadapi rindu, kecewa dan sepi.

Tapi perempuan yang menuntun rindunya, yang mengusung kecewanya dan yang membawa sepinya, adalah peristiwa peristiwa biasa dalam kehidupan kita. Sebagai makhluk, kita tercipta bersama perasaan rindu, kecewa dan sepi dan sebagainya.

Namun dalam sajak ini, penyair mengatakan `perempuan yang membawa sepinya ke lautan,berapa kapal yang telah ia hanyutkan dan hempaskan ke karang-karang.

Ya, perempuan yang membawa sepinya ke lautan. Mengapa lautan? Tidak di tempat lain? Kerana di lautan ada kapal yang ia boleh hanyutkan dan hempaskan.

Betapa kuat kudratnya. Bahkan ia boleh menghanyutkan kapal dan menghempaskannya ke karang-karang, betapa kuatnya perempuan yang membawa sepinya.

Inilah yang bermain dalam fikiran saya ketika membaca puisi Ready Susanto, sahabat penyair dari Bandung ini. Puisi ini diciptanya pada tahun 2006. Saya sama sekali belum pernah bertanya proses penciptaan sajak ini.

Tapi saya suka kejutan dalam rangkap ketiga sajak ini.Berkali-kali saya bertanya, dan akhirnya mengakui bahawa memang perempuan mempunyai kekuatan-kekuatan yang tidak dimiliki lelaki.

Dalam realitinya, perempuan dan lelaki memiliki hormon hormon yang kadarnya berbeza antara satu sama lain.Perempuan biasanya jumlah butir darah merah yang lebih sedikit berbanding lelaki. Menurut ahli psikologi, kemampuan bernafasnya rendah berbanding lelaki dan bentuk fizikalnya memang berbeza. Namun demikian kemampuan perempuan ternyata lebih kuat dalam melawan kuman dan virus.

Dalam struktur otak, antara lelaki dan perempuan, memang terdapat perbezaan dalam banyak hal, yang menyebabkan cara dan gaya berfikir mereka juga berbeza.

Perempuan dijadikan dengan kekuatan menahan kesakitan, mengatasi kesukaran ketika haid, mengandung dan melahirkan serta membesar dan menyusukan anak. Seperti yang dihuraikan Prof.Dr.Quraish Shihab, perempuan diciptakan allah memiliki kecenderungan masochisme (mencintai diri sendiri) yang berdampingan dengan kecenderungan untuk berkorban demi kelanjutan keturunan.

Kecintaan pada dirinya yang disertai pengorbanan itu menjadikan perempuan kuasa mengatasi kesulitan dan sakit yang telah menjadi kudrat wanita untuk dipikulnya.

Sajak Ready Susanto, sungguhpun hanya terdiri daripada tiga rangkap, mampu berbicara tentang perempuan yang menuntun rindunya ke meja makan, mengusung kecewanya ke pesta-pesta. Saya fikir semua orang boleh menjangka risiko berdepan dengan perempuan yang sebegini. Meja makan dengan racun hidanga, pesta dan kemabukan.

Tetapi saya fikir perempuan yang membawa sepinya ke lautan, sangat berbahaya kerana ia boleh menghanyutkan atau menghempaskan kapal kapal ke karang-karang.

Kalau tidak hanyut, tentulah kapal berpecahan kerana dihempaskan perempuan yang membawa sepinya ke lautan dalam sajak Ready.

Lautan yang mana? Kapal yang mana? Karang-karang yang mana? Masih menyisakan banyak pertanyaan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seri Margasatwa C. Bernard Rutley

Salah satu buku favorit ketika saya duduk di bangku SD adalah Seri Margasatwa karya penulis Australia C. Bernard Rutley, yang mengisahkan dengan sangat menarik mengenai kehidupan hewan di alam liar. Di Indonesia serial ini diterbitkan oleh NV Masa Baru (yang kemudian menjadi Penerbit Ganaco) pada sekitar 1974 (gambar paling kiri). Belakangan seri ini juga diterbitkan oleh Penerbit Sinar Harapan (dua gambar yang di tengah). Ternyata terdapat 14 judul buku yang merupakan bagian dari seri ini, antara lain Cakma: Perampok Liar di Bukit Karang (kera babon), Piko: Pengempang Ulung di Air Tawar (kastor), Timur: Pemburu Kejam di Rimba Raya (harimau), dan Loki: Begal Bengis di Padang Salju (serigala). Di pasar buku loak masa kini, serial ini amat sulit diperoleh. Setelah mencari kian kemari, saya mendapatkan satu judul buku Timur: Pemburu Kejam di Rimba Raya di sebuah toko buku daring pada pertengahan 2015. Gambar paling kanan menunjukkan contoh Serial Margasatwa yang sama yang...

kenangan yang ditambah-tambahi atau ingatan yang dikurang-kurangi? | bac...

Sersan Grung-Grung dan Dwianto Setyawan

Disebut Sersan Grung-Grung karena batuknya berbunyi "grung-grung". Dia adalah tokoh cerita anak yang populer pada 1980-an. Nama aslinya Pak Darpodiroto namun lebih dikenal dengan panggilan Sersan Grung-Grung. Bersama mobil tua dan 6 orang anak ( yaitu Raka, Martinus, Samsul, Argo, Ninung dan Linda), dia membantu polisi memecahkan kasus-kasus kejahatan yang terjadi. Pengarangnya Dwianto Setyawan, kelahiran 12 Agustus 1949, berasal dari Kota Batu, Jawa Timur. Mulanya serial Sersan Grung-Grung dimuat secara bersambung di Majalah Bobo , kemudian dibukukan oleh Penerbit Gramedia. Ada 9 judul yang telah terbit, yaitu (1) Sersan Grung-Grung , (2) Rahasia Gua Jepang , (3) Orang-Orang Serakah , (4) Komplotan Daun Emas , (5) Penyamar Ulung , (6) Rencana Terselubung , (7) Ratu Bergaun Hitam , (8) Rahasia Topeng Berkumis , dan (9) Pala-Pala Motosep . Dwianto Setyawan mulai menulis pada 1972 dan telah menerbitkan puluhan judul novel anak. Termasuk pengarang favorit pada 1980...