Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2010

Resensi "Ensiklopedi Tokoh-Tokoh Wanita" di Goodreads

Ensiklopedi Tokoh-Tokoh Wanita: Dari Mistikus hingga Politikus Oleh Ready Susanto Read in November, 2009 Dari 250 orang perempuan hebat yang hidup di abad ke-20 dalam ensiklopedi super ini, sebagian besar adalah pekerja seni, mungkin lebih dari setengahnya. Wonder why , apa karena perempuan memang identik dengan keindahan atau karena pekerja seni lebih mudah menjadi selebritis karena pekerjaan mereka selalu berhubungan dengan "panggung hiburan" dan pameran. Dari profesi atlet, yang paling banyak adalah dari olah raga tenis. Sedangkan untuk perempuan Indonesia yang dimasukkan ke dalam buku ini adalah Cut Nyak Dhien, Dewi Sartika, R.A. Kartini, dan Megawati Soekarnoputri. Selain yang pekerja seni perempuan-perempuan dalam buku ini banyak yang menjadi "perempuan pertama" di bidangnya atau di negaranya atau pemenang penghargaan tertentu. Cuma saja astronot wanita pertama tidak tercantum dalam buku ini, yang ada hanya astronot wanita Amerika pertama, apa mungkin kar...

Wilayah Kehidupan Spiritual dan Bahasa Ekspresi Penyair

Esai Eko Putra Penyair mengangkat gambaran kehidupan dengan segala pergulatannya terhadap kehidupan itu sendiri, dan mencatatnya dalam puisi. Sadar atau tidak sadar, ketika sebuah puisi lahir dari tangan penyair, terdapat tiga wilayah kehidupan manusia yang selalu mengilhami seorang penyair untuk mencatatnya dalam puisi. Ketiga wilayah yang dimaksud adalah; Wilayah kehidupan individual, artinya puisi berkenaan dengan kehidupan manusia (baca: penyair) terhadap dirinya sendiri sebagai penyair. Wilayah kedua adalah wilayah kehidupan sosial, dalam hal ini puisi akan berkenaan antara kehidupan sosial penyair terhadap lingkungannya. Baik hubungan terhadap sesama manusia, maupun hubungan antara alam sekitarnya. Dan wilayah ketiga adalah wilayah kehidupan spiritual, artinya puisi berkenanan dengan bagaimana seorang penyair membangun hubungannya terhadap kekuatan besar yang berada di luar kekuatannya sebagai manusia (penyair) dengan orientasi menuju suatu hakikat yang disebut sebagai Tuhan...

Dicari: Penulis Buku Saddam Hussein

Penerbit luar negeri berlomba "menjual" Saddam Hussein dan Perang Irak. Di pasaran lokal, Usamah bin Ladin masih menang pamor. MISALKAN saat ini ada angket di Indonesia, mana lebih populer, Saddam Hussein ataukah Usamah bin Ladin, pemenangnya akan tetap Usamah jika indikator yang digunakan adalah jumlah terbitan buku tentang kedua tokoh itu. Setelah Amerika menyatakan Usamah bin Ladin bertanggung jawab atas penghancuran Menara Kembar WTC, September 2001, tak kurang dari tujuh judul buku berbahasa Indonesia tentang Usamah terbit di negeri ini. Kini, setelah Amerika—dan para sekutunya—menyerbu Irak, di toko buku masih sangat sedikit produk penerbit lokal tentang Irak, atau tentang Saddam Hussein sekalipun. Tentang Usamah, misalnya, bisa disebut tulisan Adian Huseini, yang menulis buku Jihad Osama vs AS (Gema Insani Press), lalu Ready Susanto, Osama bin Laden: Jihad Sepanjang Hayat (Kiblat). Gramedia Pustaka Utama menerbitkan Di Balik Perseteruan AS vs Taliban: Perang Afg...

Tragedi 11 September—Hancurnya WTC dan Pentagon

OSAMA BIN LADEN AKHIRNYA JADI TERTUDUH Orang jadi tertegun ketika Gedung WTC dan Pentagon, tiba-tiba hancur dan hampir saja rata dengan tanah. Tidak seorang pun akan menyangka bahwa Amerika Serikat—negara adikuasa, dan digdaya untuk segala hal, ternyata harus terkulai tanpa ada signal sedikitpun dari teknologi yang dipunyai. 11 September 2001, bertepatan hari Selasa, Amerika tertimpa naas, dan orang menamakan kejadian itu sebagai "Selasa Hitam." Pagi itu Gedung WTC dan Pentagon masih tegar berdiri sebagai ikon Amerika Serikat, namun ketika kehidupan Motropolis New York baru mulai kehidupannya. Jalan belum juga mulai ramai, dan sebagian perkantoran baru membuka matanya, ketenangan kota sontak terusik… Suasana tenang itu tercabik-cabik oleh sebuah Boeing 767 American Lines yang terbang begitu rendah. Pesawat ini secara tiba-tiba muncul menabrak Bagian Utara menara WTC yang kurang lebih berketinggian 417 meter, dengan lantai 110. Saat itu tepatnya pukul 08.48, bagaikan...

Mengemas Serpihan Berita Menjadi Buku

Sepucuk surat dari tim pengacara Akbar Tandjung melayang ke sebuah bangunan berlantai dua di Pejaten, Jakarta Selatan. Tiga lembar kertas berwarna cokelat kekuningan itu bukan sembarang surat. Isinya somasi terhadap PT Global Mahardika Netama yang menerbitkan buku Buloggate, Abdurrahmangate, Akbargate, Megaskandal dan berkantor di bangunan itu. Tim pengacara ketua umum Partai Golkar itu minta agar buku tersebut ditarik dari peredaran. Pasalnya ternyata bukan karena isinya telah membuat Akbar Tandjung kebakaran jenggot. Persoalannya ternyata menyangkut hal lain. "Yang dipermasalahkan justru foto Akbar Tandjung di sampul," kata Mad Ridwan, penyusun Buloggate bersama Guntoro Suwarno. Tim pengacara ketua DPR itu menggunakan pasal hak cipta karena penerbit mencantumkan foto kliennya tanpa minta izin. "Materi buku justru tidak dipermasalahkan," kata Ridwan, yang mantan wartawan mingguan politik Tekad ini. Buku yang terdiri atas tujuh bab ini sejatinya tidak menamp...

Tentang Manusia dan Peristiwa dalam Hidup Ajip

Ajip Rosidi 70 tahun? Ada tiga buku tebal yang terbit menyambutnya: Jejak Langkah Urang Sunda—70 Tahun Ajip Rosidi (480 hlm., bungarampai yang mewadahi pandangan orang terhadap Ajip, terbitan Kiblat Buku Utama, Bandung); Yang Datang Telanjang: Surat-Surat Ajip Rosidi dari Jepang 1980-2002 (804 hlm., kumpulan surat, terbitan Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta); dan Hidup Tanpa Ijazah: Yang Terekam dalam Kenangan (1.364 hlm., otobiografi, terbitan Dunia Pustaka Jaya, Jakarta). Tentu saja urusan buku-buku ini bukanlah soal aneh bin ajaib. Ajip yang digolongkan oleh Dr. Ulrich Kratz (1988) sebagai pengarang sajak dan cerpen paling produktif yang menghasilkan 326 judul karya dalam 22 majalah sampai dengan 1983 memang punya catatan mengesankan soal berkarya. Menerbitkan buku pertama kali pada usia 17, yaitu kumpulan cerpen Tahun-Tahun Kematian (1955), sampai 2008 dia telah menghasilkan 97 buku kumpulan sajak, kumpulan cerpen, roman, drama, cerita rakyat, cerita wayang, bacaan kanak-...

Dilema Tokoh Wanita Asia

MAKIN teraniaya makin mendapat simpati. Ungkapan ini pantas disandang sebagian wanita yang muncul di percaturan politik di Asia. Simpati terhadap sosok Benazir Bhutto, misalnya, justru berlipat, menyusul tragedi yang menewaskan Ketua PPP (People Power Party) itu, 27 Desember 2007. Simpati bukan hanya tumbuh di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Begitu meluasnya simpati itu membuat para pengamat memprediksikan kekacauan sosial-politik bakal berlangsung berkepanjangan di Pakistan. Di lingkungan PPP simpati terhadap sosok almarhumah yang pernah menjabat perdana menteri tahun 1988-1990 dan 1993-1996 itu juga tetap terpelihara. Sepeninggalnya, Bilawal Zardari (19), anaknya, terpilih menjadi ketua PPP. Ia didampingi Asif Ali Zardari, ayahnya, yang menjabat wakil ketua. Simpati itu terbangun di atas sederet korban meninggal di lingkungan keluarga dinasti Bhutto. Dimulai PM Zulkifar Ali Bhutto yang dihukum gantung tahun 1979 oleh Jenderal Zia ul-Haq yang mengudetanya. Kedua sauda...

Komentar PUITIKA.NET Atas "Sepucuk Pesan Ungu"

— Editor 1 21.12.2007 Sepucuk Pesan Ungu adalah rindu yang mendayu-dayu lelaki pada kekasihnya. Sedemikian rindu sehingga tidak menyisakan ruang lain selain cinta, kau, dan aku. Kisah kasih yang sendu, harapan-harapan yang tumbuh silih berganti meresap di setiap puisi yang tertulis. Kumpulan puisi ini ditulis oleh Ready Susanto, penyair kelahiran 40 tahun silam di Palembang (yang tentunya tidak lagi muda), mungkin tidak menawarkan sesuatu yang baru tetapi tetap pantas jika anda ingin menikmati kembali puisi percintaan yang lembut dan bernuansa ungu. Sepucuk Pesan Ungu Dua Kumpulan Sajak Ready Susanto Penerbit Semenanjung, Bandung 80 Halaman Profil Penyair Ready Susanto kelahiran Palembang, 25 Desember 1967. Lulus dari Departemen Jurnalistik Fikom Universitas Padjadjaran pada 1992. Bekerja sebagai editor di beberapa penerbit di Jakarta dan Bandung sejak 1993. Menulis karya fiksi dan nonfiksi di pelbagai media massa sejak masih duduk di bangku SMA. Sajak-sajaknya dimuat antar...

Kesan Kesahajaan dalam "Album Buahhatiku"

Esai Eko Putra Membaca kumpulan sajak atau sebuah antologi, atau membaca sajak-sajak seorang penyair di media massa. Bagi pembaca awam seperti saya, hal pertama yang akan saya rasakan setelah membacanya adalah menangkap kesan paling sederhana yang dapat saya ambil. Lalu memberikan pemahaman baru sebagai suatu komunikasi dan interaksi antara bahan bacaan dengan saya. Dalam pada itu, apakah sajak-sajak tersebut menjadi ingatan terus-menerus berada dalam memori otak saya. Selanjutnya tak segan-segan saya jadikan kutipan-kutipan ketika berbincang bersama teman-teman, menjadikannya ungkapan-ungkapan bijak yang digunakan dalam komunikasi, atau menjadi kalimat puitis bagi pacar saya. Dan bisa saja sebaliknya. Setelah membaca kumpulan sajak penyair. Bukan tidak mungkin saya kelelahan, kebingungan, kurang berkesan, atau saya merasa kesulitan memahami maknanya. Kemudian saya tinggalkan begitu saja tanpa meninggalkan kesan mendalam, dan tidak termemori dalam fail otak saya. Walaupun, kumpu...

Siul yang Meruntuhkan Tembok!

Oleh: Hasan Aspahani*) Aku menjemputmu! Bis tingkat menderu, polusi membasahi Jakarta. Siapa mengusik pagi dengan siulan menyayat itu? “Klaus Meine, Scorpion,” katamu. Wind of Change berkumandang. Menyusuri Taman Gorky, tembok Berlin telah runtuh, katanya. Kau tahu beton itu telah rapuh sejak orang menyeberanginya demi cinta. Seperti kita. (“Album Lama: Jakarta-Bandung”) Saya telah awali tinjauan ini dengan petikan bait (atau paragraf?) pertama dari sajak lima bait ini. Ini salah satu sajak yang langsung saya sukai dari buku kumpulan puisi Ready Susanto, penyair kelahiran Palembang (1967) yang kini bermukim di Bandung ini. Cerita tentang si aku yang menjemputmu (dengan sebuah tanda seru, sebagai isyarat girang? Atau tegang?) itu lantas dialirkan dengan amat lembut. Pemandangan dari jendela bis: mimpi, pinus di halaman sekolah yang kering, ragu, pertanyaan tentang cinta yang mempertemukan dua orang yang tetapi tidak merubuhkan sebuah tembok penghalang, kamar dan gaung televisi, ...